Sebentar lagi ramadan. Ayeee. <--- Karna ditulis sebelum puasa. Males edit jadi kasih komentar tambahan aja :|
Akhirnya Ramadan datang lagi. Bulan yang katanya penuh ampunan dan juga rizki yang berlimpah. Tapi sebagai konsekuensinya umat diajak untuk bisa menahan nafsu, amarah, syahwat, pokoknya semua yang negatif.
Di bulan ini juga umat dididik untuk bisa merasakan penderitaan dari si miskin yang selama ini kesulitan untuk makan. Dengan adanya puasa maka diharapkan kita bisa lebih toleran dan dermawan dengan sesama kita.
Jadi kurang lebih seperti itulah Ramadan. Dengan begitu banyak nilai positif didalamnya tentu akan menjadi kegembiraan bagi mereka yang benar-benar merayakannya. Pahala amalan wajib dilipatgandakan, pahala sunnah dijadikan seperti wajib. Super.
Namun tampaknya ada anomali antara yang terjadi di lapangan dengan apa yang diperintahkan. Orang beramai-ramai puasa bukan untuk merasakan penderitaan orang miskin. Kenapa? Karena kita tahu waktu buka puasa hidangan yang kita makan akan luar biasa nikmatnya.
Tau darimana?
Coba jalan-jalan ke Bendungan Hilir atau lokasi lain tempat orang menjajakan takjil. Lihat disana. Pedagang takjil mendapatkan penghasilan yang luar biasa dalam satu bulan. Bahkan banyak dari mereka yang memang dadakan jadi pedagang untuk bisa meraup pundi-pundi uang di bulan suci ini.
Rezeki kah itu? Atau sekadar memanfaatkan momen untuk mendapatkan pemasukan lebih banyak dibulan menahan nafsu?
Mungkin memanfaatkan momen untuk meraih rezeki :) jangan suudzon ah Alfin. Puasa itu kan menahan nafsu yang jelek. Kalo mencari rezeki kan enggak walaupun si artis siang sore subuh malem ada di acara tipi. #eh
Baiklah tak usah ditilik dari pedagang. Kita beralih ketempat lain yang memang sudah jelas dilarang. Yakni ranah makanan.
Kita dilarang makan saat bulan puasa toh. Menahan lapar selama 12 jam. Tapi kenapa konsumsi daging dan bahan pangan lainnya meningkat?
Tahun lalu bahkan di Manado dilaporkan oleh dinas peternakan setempat konsumsi daging sapi meningkat 300 persen. 300 persen?????
Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) juga melansir hal yang sama. Untuk panganan dan minuman olahan juga ada kenaikan hingga 50 persen konsumsi. Bahkan untuk biskuit dan sirup kenaikannya bisa lebih dari dua kali lipat. Para pengusaha ini sudah tau siklusnya. Menjelang lebaran kapasitas produksi diperbesar. Mereka tahu jika puasa adalah bulan menahan nafsu, tapi lebaran adalah mengumbar semua nafsu.
Sebelum masuk ke lebaran masih ada satu sektor lagi yang mau dibahas. Pakaian. Mungkin ga ada imbauan untuk menahan nafsu belanja di bulan puasa membuat orang bisa khilaf mata di bulan puasa apalagi menjelang lebaran.
Saat bulan puasa kita disuruh merasakan penderitaan si miskin tapi saat lebaran kita langsung membuat jarak setinggi langit dengan mereka. Semua orang berbelanja. Ambil benchmark Tanah Abang. Surga belanja pakaian. Semua ada disana dari mulai burqa sampai miniset #eh :|
Tiap tahun pasti ada aja tugas untuk ngecek ke Tenabang berapa omzet mereka dan berapa peningkatannya. Rata-rata semuanya naik penjualannya hingga dua kali lipat di pertengahan Ramadhan. Kebanyakan pembelian itu permintaan dari daerah. Jadi belinya biasanya satu karung. Menjelang lebaran biasanya pembeli lebih banyak yang datang, tapi hanya membeli satuan. Jadi omzet lebih kecil daripada pertengahan.
Kalau kata salah seorang pemilik toko sih menjelang akhir itu "rame doang yang mondar-mandir, tapi kebanyakan liat-liat aja, beli mah enggak," katanya.
Tapi ada satu jenis baju yang dijual salah satu pedagang yang ga laku. Batik.......
Entah kenapa, dia juga ga tau alesannya apa. Tapi setiap pedagang batik yang gw tanya "naik berapa bu omzet bulan puasa?" Jawabannya "Apaan yang naik, ini aja udah jam 12 belom ada yang laku," katanya.
Masalah lainnya. Masalah buka puasa bersama.
Kalo lw udah kerja bakalan ada buka puasa bareng temen SMA, SD, TK, MTS, Kuliah, Fakultas, KPM, Hima, PKL, PMS, PSMS (tau ini apa artinya).................
Coba diitung, berapa kali buka puasa bareng selama Ramadan. Berapa pengeluarannya. Pengalaman saya sewaktu kuliah puasa itu memang menghemat biaya hidup. Toh siang ga makan.
Tapi begitu buka puasa, biaya hidup membengkak. Hahahaha. Semuanya dibeli. Coba kita bedah satu-satu. Kalau hari biasa kita cukup makan sama minum aja ya anggap nasi goreng sama es teh manis.
Coba jujur sama diri sendiri. Buka puasa kita butuh apa aja? Pertama es buah, lalu cemilan semacam gorengan kayak pisang goreng, tahu isi, tempe dan kawan kawan. Itu belum dihitung main course nya. Lalu abis main coursenya pasti ada embel-embel masih laper dan pengen makan buah-buahan.
Ya semua itu benar, soalnya kan abis menahan lapar seharian:p
Satu fakta yang paling gamblang keliatan di beberapa berita harga pangan pokok di semua media massa. Harga cabe rawit sampe 100 ribu. 100 ribu!!! Menteri kerjanya apa sih ini. Cabe merah biasa 80 ribu.
Daging 80 ribu sampe 100 ribu. Daging ayam bahkan sempet 50 ribu. Dan mentrinya masih pada tenang-tenang aja.
Kita balik lagi ke persoalan puasa. Hahaha. Yang itu jangan dibahas di blog.
Iyak, jadi kenaikan harga itu ada beberapa penyebabnya seperti yang kita tau dari SMP. Penyebab pertamanya pasokan yang sedikit. Itu terjadi sama cabe rawit. Tapi buat ayam? Sapi? Cabe merah? Bawang yang sekarang lagi panen raya?
Sisanya naik karena yang kedua. Permintaan tinggi. Jadi harga naik di bulan puasa emang dianggap wajar.
Dari semua contoh itu dimana letak puasa itu menahan diri?
Ya mungkin ada beberapa contoh lagi yang banyak terjadi dilapangan. Tapi cukup lah kayaknya buat melihat bulannya dimana semua diharuskan menahan diri tapi berubah hanya menahan lapar.
Ini hanya satu persepsi yang diangkat. Tidak mungkin semua orang seperti ini. Tidak mungkin juga tidak ada orang yang seperti ini. Karna keberadaan orang seperti inilah tulisan ini tercipta. Tsaaah. Hahaha.
Mohon maaf ya kalau ada salah-salah kata om tante. Baru masuk bulan puasa udah bikin kesel orang lagi. Hahaha.
In order to write experimentally, you have to be willing to “affirm” your own stupidity.
-- Brian Massumi